cara mendapatkan hati seorang santri
Membersihkanhati ini bisa dilakukan dengan cara berdzikir setiap waktu, beribadah dan tidak lupa kebiasaan dari seorang santri yaitu membaca al-quran. Kedua, memperbaiki niat. Mencari ilmu karena mengharap ridlo Allah semata, bukan berorientasi dunia; tahta, harta, dan pujian. Niat yang baik tentunya akan memberikan dampak dan hasil yang baik pula.
Menjagahati; Cara menjaga hati, yaitu jangan pernah memberi kesempatan kepada hati untuk berpaling dari Allah swt. Menjaga pikiran; Cara menjaga pikiran, yaitu jangan pernah memikirkan kekurangan apapun kepada Allah swt. Menjaga tingkah laku; Cara menjaga tingkah laku, yaitu tidak melakukan segala sesuatu yang membuat Allah murka
Beberapaadab dan etika untuk santri di pondok pesantren: 1. Berperilaku sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Maksudnya adalah kita meneladani dan mengamalkan apa-apa saja yang telah Allah ajaran kepada kita sesuai dengan syariat islam, dari bagaimana sikap dan perilaku kita terhadap guru dan orang tua. Seperti istrinya nabi muhammad saw yang
Tentusaja saya akan lebih bangga dan bahagia, bila Anda bisa mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik, dari mantan pasangan Anda saat ini. Tetapi namanya hati, seringkali sulit untuk diakali. Jika Anda bersikukuh ingin mendapatkan kembali hati mantan pasangan Anda, maka berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan. 1.
Berikutadalah tip dan trik cara mendapatkan hati seorang santri yang bisa kamu usahakan untuk mendapatkan hati seorang santri. Sedekah adalah harta kita yang sebenarnya Sedekah Sekarang Wakilsantri
Site De Rencontre Pour Personne Vierge. Guru merupakan salah satu orang yang sangat berjasa dalam kehidupan setiap manusia. Dialah yang telah mengajari murid-muridnya tentang berbagai hal yang belum diketahui. Ia seolah cahaya di tengah gelapnya kebodohan. Karena itu sangatlah layak bagi siapapun untuk menghormati dan menjaga adab terhadap itu, para ulama menetapkan beberapa adab yang harus dilakukan santri atau murid terhadap gurunya. Hal ini dilakukan agar santri mendapatkan keberkahan ilmu dari gurunya tersebut. Karena itu, di artikel ini kami akan mengulas mengenai adab santri terhadap Setiap Saran dan NasihatnyaTidak Melupakan JasanyaSabar Atas Kealfaan dan KekurangannyaMemperhatikan Etika Ketika Duduk di Depan GuruMenyimak Penjelasan Guru Saat di Majelis IlmuMentaati Setiap Saran dan NasihatnyaSudah selayaknya seorang santri mentaati setiap saran, nasihat, dan arahan gurunya. Selama saran tersebut tidak melenceng dari aturan Allah, maka tidak ada alasan bagi seorang santri untuk tidak mentaatinya. Bahkan, hendaknya hubungan antara guru dan muridnya itu ibarat pasien dengan dokter spesialis. Sehingga ia menerima dan memakan resep sesuai dengan dosis yang itu seorang santri juga harus berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan ridha guru terhadap apa yang ia lakukan di kemudian hari. Tak lupa, santri juga seyogyanya bersungguh sungguh dalam memberikan penghormatan kepadanya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara hendaknya seorang santri juga memahami bahwa merendahkan diri di hadapan gurunya merupakan kemuliaan, kertundukannya kepada guru merupakan kebanggaan, dan tawadlu dihadapannya merupakan wasilah terangkatnya derajat di akhirat hal ini Syekh Ibnu Hajar al-Haitami berkataيتعين عليه الاستمساك بهديه والدخول تحت جميع أوامره ونواهيه ورسومه حتى يصير كالميِّت بين يدي الغاسل ، يقلبه كيف شاء“Seharusnya murid berpegangan kepada petunjuk gurunya, tunduk patuh atas segala perintah, larangan dan garis-garisnya, sehingga seperti mayit di hadapan orang yang memandikan, ia berhak dibolak-balik sesuka hati.” Syekh Ibnu hajar al-Haitami, al-Fatawi al-Haditsiyyah, juz 1, hal. 56Tidak Melupakan JasanyaSeorang santri juga hendaknya tidak melupakan setiap jasa gurunya. Hatta walau guru tersebut hanya mengajarkan alif ba ta, maka sangat tidak layak untuk melupakan jasanya. Ingatlah terus wajahnya dan doakan ia dalam setiap lantunan doa harian, baik guru tersebut sudah wafat atau masih lupa pula untuk bersilaturahmilah kepadanya jika memiliki waktu luang, karena yang demikian itu akan menambah keberkahan. Atau jika beliau sudah wafat, ziarahilah makam dan hadiahkan al fatihah kepadanya. Sebab hal itu akan membuatnya bahagia di alam itu, seorang santri hendaknya berupaya menjaga kebiasaan baik yang telah dilakukan oleh gurunya, baik itu dalam masalah agama atau dalam masalah keilmuan. Juga tak lupa mencontoh ahlak baiknya sebagaimana yang telah dilakukan olehnya. Tak lupa, hendaknya santri juga selalu setia, tunduk dan patuh kepadanya dalam keadaan apapun dan dimanapun ia Atas Kealfaan dan KekurangannyaTidak ada manusia yang lepas dari kelalaian dan kesalahan selain Baginda Muhammad SAW. Karena itu tentu guru juga kadang melakukan kesalahan. Baik itu sengaja maupun tidak. Terkadang tentu guru bersikap tidak bijaksana, marah, dan hal lainnya yang membuat kita jengkel kepadanya. Jika berada dalam posisi seperti ini, hendaknya seorang santri bersabar atas sikap gurunya jika sang guru tersebut melakukan dosa dihadapannya, wajib atas seorang murid tidak menyebarkan kesalahan gurunya, apalagi jika sampai menjadikan bahan gosipan dan gunjingan dengan santri lainnya. Justru sebaiknya seorang murid memberi tau dan mengkoreksi gurunya secara langsung dengan bertatap muka dengannya. Tentu dengan cara yang ahsan dan tidak terkesan jika seorang guru marah dan berbuat kasar kepada Anda selaku santri, maka yang perlu dilakukan adalah meminta maaf kepada guru jika barangkali Anda melakukan kesalahan. Tak hanya itu, tampakkanlah rasa penyesalan diri dan tetap berupaya mencari ridhonya. Karena hal itu akan lebih mendekatkan seorang santri kepada kasih sayang Etika Ketika Duduk di Depan GuruTermasuk adab seorang santri kepada gurunya adalah dengan memperhatikan tata cara dan etika ketika duduk dihadapan guru, baik saat dalam majelis maupun saat duduk langsung dengannya secara empat mata. Diantara cara duduk yang dianjurkan adalah duduk berlutut di atas kedua lutut atau seperti duduk tasyahud, atau duduk bersila, dengan rendah diri, tenang dan khusyu’.Selain itu santri tidak boleh menengok kanan kiri tanpa ada alasan yang jelas. Kemudian santri juga menghadap gurunya dengan seluruh bagian tubuhnya, mendengar setiap ucapannya seksama, memandang wajahnya, mencermati arah pembicaraannya, sehingga guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasannya disebabkan ketidakpahaman ketinggalan, sebisa mungkin seorang santri tidak berdehem saat sedang berhadapan dengan guru. Apabila terpaksa bersin, hendaknya mengecilkan volume bersin sebisa mungkin serta menutupi wajah dengan tangan, sapu tangan, atau tisu. Jika menguap dihadapannya, jangan sampai membuka mulut sehingga gigi Anda terlihat oleh sang Penjelasan Guru Saat di Majelis IlmuSaat guru sedang memberikan materi, baik itu di masjid ataupun di kelas, menjadi kewajiban seorang murid menyimak secara seksama penjelasan gurunya, meskipun materi tersebut sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Simaklah seluruh penjelasan guru dengan penuh antusias. Bukan malah abai dan bersikap acuh tak acuh terhadap materi yang sedang hal ini, Syaikh Az Zarnuji dalam kitab ta’lim muta’allim menulis وينبغى لطالب العلم أن يستمع العلم والحكمة بالتعظيم والحرمة، وإن سمع مسألة واحدة أو حكمة واحدة ألف مرة. وقيل من لم يكن تعظيمه بعد ألف مرة كتعظيمه فى أول مرة فليس بأهل العلم“Seyogyanga bagi pencari ilmu mendengarkan ilmu dan kalam hikmah dengan menaggungkan dan memuliakan, meski ia telah mendengar satu permasalahan sebanyak seribu kali. Diucapkan, orang yang mengagungkannya setelah yang ke seribu kali tidak seperti saat ia baru pertama mendengar, maka bukan ahli ilmu.”Semoga Allah Swt. menjaga dan melimpahkan guru-guru kita dengan rahmat dan taufiq-Nya. Wallaahu a’lam…Baca jugaKitab Talim Mutaallim Pengertian, Isi, dan Pengarangnya
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Uw5hKUNIpQcNBulC7NIvzrmJh78UjlmgMmMCJY6lmNZxiyfXJ0nhjw==
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad selalu mengedepankan adab di manapun berada; lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu tradisi yang mengakar di Madura adalah mendidik anak sejak dini ke langgar atau surau dalam rangka mengenyam ilmu agama, belajar akhlakul karimah pada seorang guru. Seorang santri wajib hukumnya hormat kepada kiai selaku guru yang mendidiknya. Karena Allah memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Salah satu hadits Rasulullah عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم لَيْسَ مِن أُمَّتِي مَن لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنا، ويَرْحَمْ صَغِيرَنا، ويَعْرِفْ لِعالِمِنا حَقَّهُ Artinya Dari Ubadah bin Shamit Rasulullah SAW bersabda Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormat kepada yang lebih tua dan tidak mengasihi kepada yang lebih muda dan tidak tahu kepada hak-hak orang alim tidak menghormat guru. HR. Al-Tabrani Dan hadits عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ رواه أبو داود Artinya Dari Zari' ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, "Ketika kami tiba di Madinah, maka kami segera turun dari kendaraan, kemudian kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. HR. Abu Daud Kedua hadits di atas menjelaskan bahwa seorang santri harus memiliki adab 1. Merendahkan diri dan mencintai gurunya agar mendapatkan ilmu yang sempurna. 2. Mengagungkan dan meyakini kepiawaian guru agar berkesan dalam hati. Sebagaimana Imam Nawawi menceritakan kebiasaan ulama salaf yang berdoa. اللهم اسْتُرْ عَيْبَ مُعَلِّمِي عَنِّى وَلَاتُذْهِبْ بَرَكَةَ عِلْمِهِ منى Artinya Ya Allah. Tutupilah aib guruku dari penglihatanku, dan jangan Engkau hilangkan barakah ilmunya dariku. Al-Majmu', Juz 1 3. Selalu mengenang jasa guru. Berkat guru, seorang santri tahu ajaran Allah, selamat dari kesesatan, dan sebagainya. 4. Santri harus sabar saat guru mendidik dengan keras. Semuanya dilakukan semata-mata demi kebaikan santrinya. 5. Santri mendapat izin saat memasuki tempat guru, baik saat di kantor atau pun di kediamannya. 6. Menjaga kebersihan diri badan dan pakaian serta memberikan sesuatu dengan tangan kanan. Jika jauh, maka diantarkan ke hadapannya. 7. Ketika duduk di hadapan guru, maka duduklah dengan sopan atau posisi duduk yang baik dan mendengarkan penjelasannya. Hindun bin Abi Hallah menjelaskan. إن النبي صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا تَكَلَّمَ أَطْرَقَ جُلَسَاؤُهُ, كَأَنَّ عَلَى رُؤُوْسِهِمْ الطَّيْرَ, فَإِذَا سَكَتَ تَكَلَّمُوا Artinya Jika Nabi SAW berbicara, maka para sahabat yang berada di majelis menundukkan kepala, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Jika Nabi SAW telah berhenti bicara, baru mereka berbicara. 8. Menampakkan ketidaktahuan di hadapan guru saat menyampaikan keterangan, seperti cerita, hukum, dan lainnya. Jadi, santri menampakkan keseriusan dalam mendengarkan penjelasannya seakan-akan baru mendengar. إِنِّي لأَسْمَعُ الحَدِيْثَ مِنَ الرَّجُلِ وَأَنَاأَعْلَمُ بِهِ مِنْهُ, فَأُرِيْهِ مِنْ نَفْسِي أَني لَا أُحْسِنُ مِنْهُ شَيْئًا عطاء Artinya Ketika aku mendengar hadits dari seseorang, sedangkan aku lebih tahu mengenai hadits itu dibanding dia, maka aku menampakkan diri seakan-akan tidak mengetahuinya sama sekali. Dari kedelapan adab tersebut, santri juga harus menghormati segala hal yang berhubungan dengan guru, seperti putra, kerabat, teman, asistennya. Semua dilakukan dalam rangka mendapatkan keberkahan guru. Syekh Az-Zarnuji menjelaskan. وَمنْ تَوْقِيْرِهِ تَوْقِيْرُ أَوْلَادِهِ, وَمَنْ يَتَعَلَّقُ بِهِ تعليم المتعلم Artinya Salah satu bentuk memuliakan seorang guru ialah memuliakan anak-anaknya, serta orang-orang yang berhubungan dengan guru. Ta'limul Al-Muta'allim 44
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mungkin isitilah nama santri kerap di sandingkan dengan pesantren bahkan misalkan kita mempelajari lebih dalam santri juga tidak harus di pesantren, contoh saja kita mengaji kepada kyai kampong yang mengajari kita pertama kali mengenal huruf arab dan membaca bacaan al qur’an jadi kita belajar sama kyai kampung juga disebut dengan santri. Sebagai seorang santri pastinya kita sudah taka sing lagi dengan kata “ Barokah Guru” .Barokah dilihat dari bahsa ialah Nikmat atau juga bisa juga diartikan sesuatu yang melimpah dan banyak. Yakni, ketambahan kebaikan atau ketambahan kecerdasan yang dating dari guru kita dan cara mendapatkannya adalah ketika kita telah berbuat sesuatu kepada guru kita dengan hati yang inilah yang dikejar kejar para santri agar mendapatkan barokah dari sang kyai yang mereka cintai. Terkadang kita melihat seusai dari pengajian ketika para santri melihat makanan atau minuman bekas dari sang kyai mereka saling berebutan untuk mendapatkan sisa dari makanan atau minuman dari kyai tersebut dengan tujuan semoga berkah. Kadang juga kita melihat santri yang rela capek, kotor hingga terluka demi mendapatkan ridho dan berkah dari sang kyai tersebut. Seperti contohnya dulu Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari yang rela mencarikan cincin istri dari sang gurunya yaitu syekh kholil bangkalan. Ia rela menjeburkan diri ke sapiteng agar menemukan cincin milik istri dari gurunya beliau hanya semata mata karena untuk mendapatkan barokah dari sang guru tersebut. Dari contoh kisah Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari bahwasanya barokah guru itu sangat penting dan bias dibilang wajib untuk kita cari. Karena, barokah dan ridho sang guru kelak akan menentukan sebagian hasil dari keberhasilan ilmu kita, manfaat atau tidaknya ilmu kita tergantung ridlho dari sang guru. Jangan sampai tidak ridlho nya sang guru ilmu yang kita cari dan kita perjuangkan tidak manfaat dan tidak barokah. Maka dari itu mulai sejak dini tanamkan dalam hati kita rasa cinta yang mendalam kepada guru-guru kita dan juga ilmu-ilmu yang mereka ajarkan, ta’dlimlah kepada keluarga dan dzuriah-dzuriahnya, janganlah sekali-kali berani melawan perintahnya apalagi sampai membicarakan kejelekan-kejelekannya dari belakang, sekalipun kita tahu itu benar adanya. Karena hal-hal yang mungkin tidak kita sadari tersebut itulah yang menyebabkan ilmu kita tidak bermanfa’at. Carilah barokah sebanyak-banyaknya dari guru kita, carilah ridhonya hingga ridho Allah akan sampai kepada diri kita. Yakinlah barokah akan datang di saat yang tepat, tepatnya ia akan datang ketika kita sudah berstatus sebagai alumni. Bagi yang tidak nyantri barokah itu bisa juga dicari dari guru ngaji kita dimanapun berada. Tidak akan ada yang tahu rencana indah yang Allah janjikan, kecuali hanya diri-Nya saja yang tahu. Wallahu a’lam bisshowwab. DenmasMan Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Jakarta – Sebagai orang yang sedang menuntut ilmu, santri diwajibkan untuk menjaga diri dari segala hal yang membuat Allah murka yang menyebabkan diangkatnya ilmu dari dirinya. Keberkahan dan kebermanfaatan ilmu yang didapat tergantung seberapa besar ia menjaga adab sebagai seorang santri, dalam Muqaddimah Majmu’ Syarah Al-Muhadzab disebutkan beberapa hal yang menjadi adab seorang santri. Fokus Menggapai Ridha Allah SWT Tidak untuk mendapatkan perkara duniawi, seperti kekayaan, jabatan, ketenaran, atau tujuannya hanya ingin mengungguli teman sekelasnya. Disinilah pentingnya untuk terus memperbaharui dan menata niat setiap saat, karena lautan tidak selalu tenang, terkadang angin merubah arah haluan. Dalam hal ini Imam Asy-Syafi’i memberikan teladan dalam ucapan beliau, “Saya ingin, semua orang yang belajar ilmu ini untuk tidak menisbatkan satu huruf pun kepada saya”. Bersikap Baik Menjaga perilakunya dengan senantiasa bersikap dengan sikap yang baik. Mulai dari hal yang mudah, dengan memperlihatkan wajah yang ramah, ringan tangan dalam membantu teman seperjuangan, bersabar atas perilaku yang kurang menyenangkan, dan mengurangi banyak bercanda. Menjaga Diri dari Penyakit Hati Menata hati agar tidak ternodai dengan penyakit hasad, riya, bangga dengan diri sendiri, atau memandang remeh orang lain. Kata Imam Nawawi, penyakit ini yang paling banyak menimpa santri yang tidak bisa menjaga hati. Imam Nawawi memberikan solusi, untuk menyembuhkan penyakit riya, seseorang harus yakin bahwa makhluk tidak akan bisa memberikan ia keuntungan maupun kerugian, jadi untuk apa beribadah dengan tujuan mendapat perhatian mereka?! Jadi, jangan membuat diri lelah demi perhatian mereka. Badan sudah lelah belajar, perhatian dari makhluk tidak didapat, pahala jatuh berguguran, dan mendapatkan murka Allah, rugi jika penyakit riya ini terus menempel di hati. Adapun penyakit berbangga dengan diri sendiri, kata Imam Nawawi, seseorang harus yakin bahwa semua yang diberikan oleh Allah, baik itu ilmu, harta atau apapun itu, semuanya merupakan karunia Allah. Manusia hanya meminjam untuk digunakan sementara, Allah bebas untuk memberi apapun dan mengambil apapun, semuanya adalah milik-Nya. Oleh karena itu, tidak boleh seseorang berbangga dengan barang yang ia tidak pernah miliki. Sedangkan pandangan yang meremehkan orang lain, kata Imam Nawawi, ia harus belajar adab yang diajarkan Al-Quran. Dalam Al-Quran Allah menyebut yang paling mulia adalah orang yang bertakwa. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Artinya “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” QS. al-Hujurat 13 Dalam ayat lain Allah menyebutkan bahwa hanya Allah yang mengetahui siapa yang paling bertakwa, هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى ࣖ Artinya “Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” QS. An-Najm 32 Karena kita tidak tau siapa yang paling bertakwa, bagaimana bisa kita memandang orang lain dengan pandangan remeh? Bukankah akhir kehidupan setiap orang masih misteri? Bisa jadi yang hari ini bermaksiat berakhir dengan amal shaleh, bisa jadi juga yang hari ini sibuk beribadah hidupnya berakhir dengan maksiat. Semoga Allah berikan kita akhir yang baik. Menjalankan Sunah Senantiasa menjaga zikir yang diajarkan oleh syariat, mulai dari tasbih, tahlil, maupun shalawat. Karena tidak dipungkiri, bahwa ilmu akan lebih bercahaya dengan zikir. Al-Habib Lutfi bin Yahya mengatakan bahwa shalawat akan menjadikan ilmu semakin terang. Ini bisa dibuktikan dengan apa yang dilakukan oleh Imam Nawawi yang membaca Shalawat dalam semalam. Imam Ibnu Hajar Al-Haitami membaca Shalawat dalam semalam, sehingga ilmu para ulama tersebut terus bercahaya hingga saat ini. Selain soal intelektualitas yang berkaitan dengan pengetahuan yang luas dan pemahaman yang dalam, seorang santri juga harus berkaitan dengan spiritualitas yang kuat, dengan ibadah yang rajin, dan membersihkan hati dari penyakit. Disinilah pentingnya bermujahadah, agar ilmu yang banyak juga diiringi dengan hati yang bersih. Bersikap Muraqabah Senantiasa merasa diawasi oleh Allah muraqabah baik dalam keramaian maupun kesunyian. Sebagaimana nasihat Syekh Umar Al-Khatib, setiap santri yang mengambil cahaya dari para ulama, berarti dia memikul amanat untuk menjaga cahaya tersebut dengan tidak bermaksiat. Jika orang sudah merasa diawasi oleh Allah, maka ia akan sangat sulit untuk bermaksiat. Menjaga Kehormatan Ilmu Menjaga kehormatan ilmu dengan tidak pergi ke tempat-tempat yang dirasa tidak menggambarkan sosok seorang santri. Namun, jika seandainya ada kebutuhan yang mendorong untuk pergi ke tempat tersebut, maka itu dapat ditoleransi. Menjadikan Ilmu sebagai Prioritas Tidak menduakan ilmu dengan kegiatan lain yang dapat menganggu waktu belajarnya. Seandainya memang terpaksa, maka ia harus melakukan kegiatan itu setelah kewajiban belajarnya usai ia tunaikan. Rajin Menulis Berusaha untuk menulis jika ia mampu. Karena dengan menulis, ia akan berusaha lebih kuat untuk membaca, mengulang, berdiskusi, sehingga akan terlihat detailnya ilmu. Masalah-masalah yang belum terpecahkan akan ia temukan jawabannya ketika ia sedang mengulang pelajaran. Namun, jika ia tidak mampu untuk menulis, lebih baik ia menahan dirinya. Agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap khayalak umum. Terus Belajar kepada Ulama Jika ia sudah memiliki nama yang besar, jangan sampai itu membuatnya segan untuk belajar dengan ulama yang tidak terkenal. Misalnya, Amru bin Syuaib bukanlah seorang Tabi’in, tapi lebih dari 70 Tabi’in belajar dengannya. Diringkas dari Muqaddimah Majmu’ Syarah Al-Muhadzab hal 161-167 dengan beberapa penambahan. Madinah Bu’uts Al-Islamiyah, Kairo Oleh Gus Fahrizal Fadil Editor Daniel Simatupang
cara mendapatkan hati seorang santri